Makalah
PENGANTAR MANAJEMEN

 FUNGSI PENGAWASAN (CONTROLLING)”









DISUSUN

O
L
E
H

KELOMPOK V:

1.      HERMANTO


DOSEN PEMBIMBING :
PUSPA DEWI, SE.MM



SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI
(STIE-I)
TA. 2009/2010













KATA PENGANTAR


Atas berkat Rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, kami (penulis) dapat menyelesikan penulisan makalah Pengantar Manajemen pelajaran semester II, guna  mempelajari dan menambah ilmu pengetahuan.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Fungsi Pengawasan(Controlling). Adapun materi-materi yang kami tulis, kami dapat dari berbagai sumber melalui internet maupun buku Pengantar Manajemen lainnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini:
  1. Dosen Pembimbing PUSPA DEWI, SE.MM, yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah agar dapat mengerti tentang bagaimana cara penyusunan karya tulis ilmiah.
  2. Kedua orang tua, yang telah memberi do’a dan dukungan agar makalah ini cepat selesai.
  3. Kepada teman-teman yang banyak memberikan masukan,sehingga makalah yang kami tulis dapat terselesaikan.
Kami sadar bahwa Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
 Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagi pihak untuk memperbaiki isi makalah ini akan kami terima dengan senang hati.


Rengat, Juni 2010


Penulis












DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................    
DAFTAR ISI ..............................................................................................................   

BAB I.            PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ...............................................................   
1.2  Rumusan Masalah ........................................................................   
1.3   Tujuan Pembahasan ......................................................................

BAB II            PEMBAHASAN
2.1   Konsep dasar fungsi pengawasan ................................................   
2.2   Tujuan dari fungsi pengawasan ....................................................  
2.3   Langkah-langkah dalam proses pengawasan ................................  
2.4   Mempertahankan fungsi pengawasan ..........................................  
2.4.1        Sistem pengawasan tradisional...........................................
2.4.2        Sistem pengawasan yang berdasarkan komitmen..............
2.5   Tipe-tipe pengawasan....................................................................
2.6   Pentingnya pengawasan................................................................
2.7   Alat bantu pengawasan manajerial................................................
2.7.1        Management By Exception (MBE)....................................
2.7.2        Management Information System (MIS)...........................
2.8  Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif.....................

BAB III          PENUTUP
1.      Kesimpulan ....................................................................................  
2.      Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................










BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

 Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya kerja atau suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), suatu anggaran yang berlebihan, dan kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Dalam proses  pengawasan manajerial, melalui manajemen berusaha memperoleh jaminan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai  dengan yang   direncanakan.  Juga, akan dibahas konsep pengawasan secara luas dan umum.
Ada banyak sebutan bagi  fungsi  pengawasan (controlling), antara lain evaluating, appraising, atau correcting. Sebutan controlling lebih bnayak digunakan karena mengandung konotasi yang mencangkup ketetapan standar, pengukuran kegiatan, dan mengambil tindakan korektif. Berbagai teknik dan metode pengawsan yang sangat berguna manajemen.
Disebabkan adanya ketidak kejujuran dalam kinerja untuk mencapai rencana manajerial,  dalam pengawasan itu mempunyai kemungkinan dampak paling besar  dalam tingkat keberhasilan organisasi, jadi peranan pengawasan sangat pening dalam manajemen.


1.2    Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai fungsi pengawasan (controlling).Di mana didalam fungsi pengawasan ini membahas tentang konsep dasar fungsi pengawasan, tujuan dari fungsi pengawasan, langkah-langkah dalam proses pengawasan, mempertahankan fungsi pengawasan, tipe-tipe pengawasan, pentingnya pengawasan, alat bantu pengawasan manajerial, dan karakteristik-karakteristik mengenai pengawasan yang efektif.

1.3    Tujuan Masalah
Adapun tujuan makalah ini ada untuk menambah wawasan dan memperoleh banyak pengetahuan tentang pengawasan dalam menejemen ;serta sebagai pengantar tugas mata kuliah pengantar menejemen.




BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Konsep Dasar Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan diperlukan untuk memastikan apakah apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan berjalan sebagaimana mestinya atau tidak.jika tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka fungsi pengawasn juga melakukan prose untuk mengoreksi kegiatan yang sedang berjalan agar dapat tetap mencapai apa yang telah direncanakan.

Beberapa pengertian dari pengawasan :
Ø  Schermerhorn, menyatakan bahwa pengawasan adalah merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat  mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang teleh ditetapkan tersebut.
Ø  Stoner, Freeman dan Gilbert, menyatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala akifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Ø  Secara lebih lengkap, mockler, dalam Stoner, Freeman, dan Gilbert mengemukakan fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain system informasi umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan yang telah ditetapkansebelumnya, menentukan,apakah terdapat penyimpangan dan tingkat signifikan dari setiap penyimpangan tersebut, danmengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.


Ø  Mockler secara lengkap menguraikan bahwa pada intinya pengawasan tidak hanya berfungsi untuk menilai apakah sesuatu itu berjalan ataukah tidak, akan tetapi termasuk tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu.

Jadi, pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan di pergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan – tujuan perusahaan.

2.2 Tujuan Dari Fungsi Pengawasan
Griffin menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari pengawasan :
v  Adaptasi Lingkungan, maksudnya adalah agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dilingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal.dengan demikianfungsi pengawasan tidak saja dilakukan untuk memastikan agar kegiatan perusahaan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan, akan tetapi juga agar kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan lingkungan, karena sangat memungkinkan perusahaan juga merubah rencana perusahaan disebabkan terjadi berbagai perubahan dilingkungan yang dihadapi perusahaan.
v  Meminimumkan Kegagalan, maksudnya adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi, misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin.oleh karena itu perusahaaan perlu menjalankan fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimumkan.

v  Meminimumkan Biaya, maksudnya adalah ketika perusahaan mengalami kegagalan maka akan ada pemborosan yang tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan.maka untuk meminimumkan biaya sangat diperlukan adalah pengawasan.
v  Antisipasi Kompleksitas Organisasi, maksudnya adalah agar perusahaan dapat mengantispasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.kompleksitas tersebut mulai dari pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja hingga berbagai prosedur yang terkait denganmanajemen organisasi.

2.3 Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan
      1. Penetapan standar dan metode penilaian kinerja
      2. Penilaian kinerja
      3. Penilaian apakah kinerja memenuhi standar ataukah tidak
      4. Pengambilan tindakan koreksi
                                  

Tahap-tahap produksi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Rounded Rectangle: Pengambilan tindakan koreksi dan melakukan evaluasi ulang atas standar yang telah ditetapkan. 





                                                                                                       
                                                                                                     No
                           Yes


Rounded Rectangle: Tujuan tercapai






Keterangan :

1. Penetapan Standar dan Metode Penilaian Kinerja
            Idealnya, tujuan yang ingin dicapai organisasi bisnis atau perusahaan sebaiknya ditetapkan dengan jelas dan lengkap pada saat perencanaan dilakukan.manajemen akan dengan mudah menjelaskan kepada seluruh pihak dalam organisasi jika tujuan organisasi jelas dirumuskan .contoh peningkatan penjualan sebesar 50% adalh lebih mudah untuk dikomunikasikan apabila dibandingkan dengan peningkatan penjualan saja.
2. Penilaian Kinerja
Pada dasarnya penilaian kinerja adalah upaya untuk membandingkan kinerja yang dicapai dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan semula.penilaian kinerja merupakan sebuah proses yang berkelanjutandan terus menerus.
3. Membandingkan Kinerja Dengan Standar
Setelah data penjualan dari tahun ini dan tahun lalu diperoleh, manajer penjualan kemudian melakukan perbandingan atas apa yang dicapai tahun ini dengan yang telah dicapai pada tahun lalu.
4. Melakukan Tindakan Koreksi Jika Terdapat Masalah
Ketika kinerja berada dibawah standar berarti perusahaan mendapatkan masalah. Oleh karena itu perusahaan kemudian perlu melakukan pengendalian yaitu dengan mencari jawaban mengapa masalah tersebut terjadi, yaitu kinerja berada dibawah standar, lalu kemudian perusahaan melakukan berbagai tindakan untuk mengoreksi masalah tersebut. Pada intinya manajer atau perusahaan berusaha untuk mencari penyebab ketidak mampuan mencapai kinerja sesuai dengan standar untuk kemudian tindakan koreksinya.
Beberapa gejala yang memerlukan pengawasan dan pengendalian:
·         Terjadi penurunan pendapat atau profit
·         Penurunan kualitas pelayanan (teridentifikasi dari adanya keluhan pelanggan )
·         Ketidakpuasan pegawai (teridentifikasi dari adanya keluhan pegawai, produktivitasi kinerja yang menurun, dll)
·         Berkurangnya kas perusahaan
·         Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggur
·         Tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik.
·         Biaya yang melebihi anggaran
·         Adanya penghamburan dan inefisien

2.4 Mempertahankan Fungsi Pengawasan
Selain untuk memastikan bahwa tujuan dari organisasi perusahaan dapat tercapai, fungsi pengawasan dan pengendalian juga perlu dilakukan agar efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan juga tetap dapat di raih dan juga agar perusahaan senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang dihadapi oleh perusahaan.
Secara garis besar, Dessler mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam mempertahankan fungsi pengawasan (maintaining controlling function), terdiri dari system pengawasan tradisional dan system pengawasan yang berdasarkan komitmen.

2.4.1 Sistem Pengawasan Tradisional
System pengawasan tradisional melibatkan kegiatan monitoring yang bersifat eksternal. Kinerja pegawai akan diawasi oleh atasan para pegawai. Kinerja keuangan akan diawasi oleh orang-orang yang berada di luar bagian keuangan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja keuangan.
Terdapat tiga pendekatan dalam system pengawasan tradisional, yaitu pengawasan diagnostic (diagnostic control), pengawasan berdasarkan batasan-batasan (boundary control), dan pengawasan interaktif(interactive control).
a). Pengawasan Diagnostic, adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer dimana setelahstandar ditetapkan,manajer melakukan pengawasan  dan penilaian apakah standar telah dicapai ataukah belum. Sekiranya belum tercapai maka manajer kemudian berkewenangan untuk melakukan diagnosa atau faktor-faktor yang menyebabkan standar belum tercapai untuk kemudian mengambil keputusan yang terkait dengan upaya untuk pencapaian standar sesuai dengan yang semestinya.
b). Pengawasan Berdasarkan Batasan-Batasan, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui penetapan aturan atau prosedur yang dengan aturan dan prosedur tersebut keseluruhan anggota dan pihak yang terkait dalam perusahaan akan menyesuaikan diri dengan aturan dan prosedur tersebut dalam menjalankan seluruh aktivitas terkait dengan perusahaan.
c). Pengawasan Interaktif, adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer yang secara interaktif dan terus menerus melakukan komunikasi dengan pegawai secara personal mengenai berbagai hal yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan. Dengan komunikasi personal yang dilakukan secara interaktif ini, manajer dapat mengetahui apakah jalannya perusahaan telah mencapai standaryang diinginkan atau belum.

            2.4.2 Sistem Pengawasan yang Berdasarkan Komitmen
Berbeda dengan pendekatan tradisional, dalam system pengawasan, pendekatanyang berdasarkan komitmen lebih menekankan fungsi pengawasan dari sisi internal dari pada eksternal. Pengawasan lebih ditekankan pada faktor internaldari setiap individu pekerja. Introspeksi diri dalam hal ini lebih dominan dalam menjalankan fungsi pengawasan daripada pengawasan eksternal. Berbagai pendekatan bias dilakukan dalam membangun system pengawasan yang berdasarkan komitmen ini, diantaranya dengan menerapkan suatu system keyakinantertentu dalam budaya kerja perusahaan atau melalui berbagai upaya yang “memaksa” pegawai untuk membiasakan diri dengan tanggung jawab danintrospeksi diri, diantranya mungkin dengan memberikan kepercayaan dan kewengan dalam berbagai jenis aktivitas yang diberikan kepada para pegawai. Dengan demikian diharapkan para pegawai akan terbiasa untuk berinisiatif, inovatif, tanggung jawab, sekaligus juga melakukan koreksi terhadap diri sendiri atau introspeksi diri sekiranya ada berbagai penyimpangan yang mungkin dilakukannya.

2.5 Tipe-Tipe Pengawasan
            Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu:
1). Pengawasan Pendahuluan (feedforward control), dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpanan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasanini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif hanya bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan terhadap tujuan yang diinginkan.


2).  Pengawasan yang Dilakukan Bersamaan dengan Pelaksanaan Kegiatan (concurrent control), Pengawasan ini sering disebut pengawasan “Ya-Tidak”, screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bias dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
3).   Pengawasan Umpan Balik (feedback control), Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan dating. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

2.6 Pentingnya Pengawasan
Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlakukan oleh setiap  organisasi. Faktor-faktor itu adalah:
1).  Perubahan Lingkungan Organisasi, berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru, adanya peraturan pemerintah baru, dan sebagainya. Melalui fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi, sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi.




2). Peningkatan Kompleksitas Organisasi, semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas  tetap terjaga, penjualan eceran pada penyalur perlu dianalisa dan dicatat secara tepat; bermacam-macam pasar organisasi, luar dan dalam negeri, perlu selalu dimonitor. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3). Kesalahan-Kesalahan, Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan-kesalahan memesan barang atau komponen yang salah, membuat penentuan harga yang terlalu rendah, masalah-masalah didiagnosa secara tidak tepat. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4). Kebutuhan Manajer untuk Mendelegasikan Wewenang, Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya , tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan system pengawasan. Tanpa system tersebut, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas bawahan.

2.7 Alat Bantu Pengawasan Manajerial
Ada banyak teknik yang dapat membantu manajer agar pelaksanaan pengawasan menjadi lebih efektif. Dua teknik yang paling terkenal adalah manajemen dengan pengecualian (management by exception) dan system informasi manajemen (management information systems).


            2.7.1 Management By Exception (MBE)
            MBE, atau prinsip pengecualian, memungkinkan manajer untuk mengarahkan perhatiannya pada bidang-bidang pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan para karyawan atau tingkatan manajemen rendah untuk menangani variasi-variasi rutin. Hal ini dapat dipraktekkan oleh manajer-manajer penjualan, produksi, keuangan, personalia, pembelian, pengawasan mutu, dan bidang-bidang fungsional lainnya. Bahkan manajer-manajer lini pertama dapat mempergunakan prinsip ini dalam pengawasan harian mereka.
            Pengawasan yang ditujukan pada terjadinya kekecualian ini murah, tetapi penyimpangan baru dapat diketahui setelah kegiatan terlaksana. Biasanya pengawasan ini dipergunakan untuk operasi-operasi organisasi yang bersifat otomatis dan rutin.

2.7.2 Management – Informasi System (MIS)
            Sistem informasi manajemen atau management-information system memainkan peranan penting dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen perencanaan dan pengawasan dengan efektif. MIS dapat didefinisikan sebagai suatu metoda formal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi dilaksanakan secara efektif.
            MIS adalah system pengadaan, pemprosesan, penyimpanan dan penyebaran informasi yang direncanakan agar keputusan-keputusan manajemen yang efektif dapat dibuat. Sistem menyediakan informasi waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang serta kejadian-kejadian di dalam dan di luar organisasi.



                        MIS dirancang melalui beberapa tahap utama, yaitu:
1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah
2. Tahap disain konseptual
3. Tahap disain terperinci
4. Tahap implementasi akhir

Agar perancangan MIS berjalan efektif, manajemen perlu memperhatikan lima pedoman berikut ini:
1.      Mengikut sertakan pemakai (unsur) kedalam tim perancang.
2.      Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system.
3.      Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas belaka.
4.      Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan.
5.      Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para operator dan pemakai system.

Konsep MIS berhubungan sangat erat dengan teknologi komputer, yang mencakup kapasitas komputer, program dan bahasa program, terminal jarak jauh, diskette, dan lain-lainnya. Organisasi mungkin mempunyai MIS tanpa komputer, tetapi system akan kehilangan sebagian “keampuhannya” tanpa bantuan  komputer. Jadi, pada dasarnya MIS membantu manajemen melalui penyediaan personalia yang tepat dengan jumlah yang tepat dari informasi yang tepat pula pada waktu yang tepat.

2.8 Karakteristik-Karakteristik Pengawasan Yang Efektif
Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih diperinci sebagai berikut:
1.      Akurat, Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak    akurat dari system pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
2.      Tepat-waktu, Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
3.      Obyektif dan menyeluruh, Informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif serta lengkap.
4.      Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik,  Sistem pengawasan harus memusatakan perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.
5.      Realistik secara ekonomis, Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama, dengan kegunaan yang diperoleh dari system tersebut.
6.      Realistik secara organisasional, Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
7.      Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, Informasi penagawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena (1). Setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi, dan (2). Informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang melakukannya.
8.      Fleksibel, Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.
9.      Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, Sistem pengawasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.
10.  Diterima para anggota organisasi, Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.
  
    




BAB III

PENUTUP



            Kesimpulan

Dalam topik ini di pelajari tentang fungsi pengawasan(controlling). Dimana kita dapat mengetahui pentingnya pengawasan bagi suatu organisasi. Karena organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan, sehingga tugas manajer menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dan sebagainya, yang akhirnya merugikan organisasi sendiri.Sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan. Dalam system pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu, kriteria utamanya adalah bahwa system seharusnya mengawasi kegiatan yang benar, tepat waktu, dengan biaya yang efektif, tepat akurat, dan dapat diterima oleh yang bersangkutan.

            Saran
Sebaiknya fungsi pengawasan ini harus dilaksanakan oleh para manajer dengan baik, sehingga semua kegiatan yang perlu pengawasan (controlling) dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pimpinan. Dan tujuan yang telah di tetapkan perusahaan atau organisasi dapat tercapai sesuai apa yang telah direncanakan.











DAFTAR PUSTAKA

1. T. Hani Handoko, 2003, Manajemen Edisi 2, Yogyakarta, BPFE-                                                                                     
     YOGYAKARTA .
2.  http://riyan17wordpress.com





Tidak ada komentar:

Posting Komentar